Oleh : Zamahsari Abdul Azis, S.Pd.I,M.Si
Syukur berakar kata dari bahasa Arab yang berarti rasa terimakasih kepada Allah swt. Kata syukur berakar dari makna “syakara” yang berarti “membuka” sehingga ia merupakan antonym/lawan kata dari “kafara” yang bermakna “menutup”. Raghib al asfahani salah seorang pakar bahasa al-Qur’an dalam “almufrodat fi ghoribil quran” mengatakan bahwa: kata syukur mengandung arti “gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan”.
Jadi hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, dan hakikat kufur adalah menyembunyikan nikmat. Menampakkan nikmat ini ada dua cara; pertama melalui perbuatan, yakni menggunakan nikmat sesuai dengan tujuan penganugrahan nikmat tersebut. Kedua dengan lisan, yakni dengan menyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan
وأمّا بنعمة ربك فحدّث
“Adapun terhadap nikmat tuhan mu, maka hendaklah engkau menyebut nyebutnya”.
Hadirin sidang jum’ah rohimakumullah…
Alqur’an secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur akan kembali kepada orang yang bersyukur, sedangkan Allah sama sekali tidak memperoleh, bahkan tidak membutuhkan sedikitpun syukur dari makhluknya
ومن شكر فإنّما يشكر لنفسه ومن كفر فإنّ ربّي غنيّ كريم
“Barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar maka sesunggunya allah maha kaya”
Hadirin sidang jum'at rohimakumullah
Syukur itu mencakup 3 sisi dalam diri manusia, yakni syukur dengan hati, syukur dengan lidah dan syukur dengan perbuatan.
Syukur dengan hati mengantarkan manusia untuk menerima anugrah tanpa menggerutu dan mengeluh walaupun sedikit. Bahkan ketika ditimpa musibah pun, hamba yang baik masih mampu bersyukur kepada Allah swt. Bukan bersyukur atas malapetaka itu, melainkan merasa apa yang menimpanya, masih lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi.
Apabila hati seseorang sudah mampu bersyukur dengan baik, maka akan dengan mudah orang tersebut bersujud mensyukuri nikmatnya. Adapun Sujud syukur dilakukan sebagaimana melaksanakan sujud dalam sholat, hanya saja dengan sekali sujud. Dan karena sujud ini bukan bagian dari sholat maka mayoritas ulama’ berpendapat bahwa sujud syukur dapat dilakukan meskipun dalam keadaan batal/tidak berwudlu, sehingga sujud dapat dilakukan spontanitas dan sewaktu waktu.
Hadirin sidang jum'at rohimakumullah
Pada hakikatnya manusia tidak mampu untuk mensyukuri nikmat Allah secara sempurna, baik dalam bentuk kalimat pujian apalagi dalam bentuk perbuatan. Oleh karena itu, di temukan beberapa ayat yang menunjukkan betapa orang-orang yang dekat kepada Allah sekalipun, tetap bermohon agar di bimbing di ilhami dan di beri kemampuan untuk dapat mensyukuri nikmat , sebagimana ayat
رب أوزعني ان أشكر نعمتك التي أنعمت عليّ وعلى والديّ
“Ya Allah anugerahkanlah kepada ku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah engkau anugerahkan kepada ku dan kepada orang tua ku”
Demikian juga Nabi Muhammad SAW juga berdoa supaya tetap menjadi hamba yang baik dan pandai bersyukur, sehingga nabi selalu melafadzkan doa
اللهم أعنى على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
Ya Allah bantulah aku untuk selalu bisa mengingatmu, bersyukur untuk mu dan beribadah dengan baik kepada mu
Doa sebagaimana di ajarkan oleh Nabi Muhammad tersebut sangat penting untuk selalu kita panjatkan, hal ini karena kita sebagai manusia tidak mampu mengetahui bagaimana sebaik baiknya cara untuk memuji Allah. Serta karena itu pula Allah mewahyukan kalimat yang sewajarnya di ucapkan. Tidak kurang dari lima kali ditemukan dalam Al-Quran perintah Allah yang berbunyi “wa qul Alhamdulillah”. Mengapa manusia tidak mampu memuji Allah dengan sebaik baiknya pujian? Hal ini di sebabkan, karena pujian yang benar menuntut pengetahuan yang benar pula tentang siapa yang di puji.
Hal ini sebagaimana kita membedakan pujian kita kepada anak kecil dan pujian kita terhadap orang dewasa. Demikian pula berlaku atas pujian kita kepada Allah, karena pengetahuan manusia tidak mungkin menjangkau hakikat Allah. Maka tidak mungkin pula ia akan mampu memuja dan memujinya dengan benar sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Untuk itu para ulama kita selalu mengawali doa dengan melafadzkan
سبحانك لانحصي ثنأ عليك أنت كما أثنيت على نفسك
“maha suci engkau ya allah, kami tidak mampu melukiskan pujian untuk mu , karena itu (pujian) kami sebagaimana pujian mu terhadap diri mu”
*) Penulis Merupakan Kepala Sekolah SMA ISLAM SUNAN GUNUNG JATI PONDOK NGUNUT.
Komentar
Posting Komentar